"Penuntut ilmu juga semestinya IKHLAS dan BERNIAT BAIK dalam menuntut ilmu. Jika tidak, segala usahanya tidak bermakna bagaikan debu yang berterbangan"
Imam Ghazali telah berkata ketika menasihati anak muridnya:
"Wahai anak-anakku, berapa banyak malam yang kamu hidupkan dengan mengulang kaji ilmu dan membaca buku? Kamu menghalang dirimu daripada tidur. Aku tidak tahu apakah dorongan yang menyebabkan kamu bertindak demikian.
Sekiranya untuk bertujuan duniawi, mencari saki bakinya, mendapat habuan dunia, dan berbangga-bangga terhadap kawan dan taulan, maka celakalah kamu, celakalah kamu.
Sekiranya kamu bertujuan untuk menghidupkan syariat Nabi (s.a.w), memperelokkan akhlak kamu, medidik nafsu yang sentiasa menyuruh kepada kejahatan, maka beruntunglah kamu, beruntunglang kamu"
petikan dari buku Hisyam Saqr
Memandangkan minggu ini merupakan minggu bermulanya semester yang baru, tidakkah ideal jika memulakan amalan menuntut ilmu kita, supaya kita dikategorikan sebagai orang-orang yang beruntung?
InsyAllah :)
Tuesday, January 26, 2010
Thursday, January 21, 2010
Nasihat buat Hati
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan maksiat sangat berbahaya bagi hati dan pisik di dunia dan akhirat. Maka siapa saja yang masih hidup dengan bergelimang maksiat, hanya akan merusak kehidupannya, dan mencelakakannya di dunia dan akhirat. Perbuatan maksiat akan mempunyai pengaruh buruk, seperti :
Pertama, diharamkan memperoleh ilmu, hal ini seperti diungkapkan Imam Malik, yang pernah terkagum-kagum dengan kecerdasan Imam Syafi’i yang masih muda, memiliki ketajaman otak dan kesempurnaan pemahaman terhadap Islam. Saat itu Imam Malik mengatakan, “Aku melihat Allah telah meletakkan cahaya dalam hatimu, karena itu jangan kamu padamkan dengan kegelapan maksiat”, ungkapnya.
Imam Syafi’i, yang alim dan zuhud dalam hidupnya itu, menguntai bait-bait kata, yang menggambarkan pengalaman pribadinya,
“Saya mengadu kepada guru ‘Waqi’ tentang mutu hafalanku yang buruk, Maka ia mengarahkan agar aku meninggalkan maksiat, Ia berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah kemuliaan, dan kemuliaan Allah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat”, ucapnya.
Kedua, haramkannya mendapatkan rezeki. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan dari rezeki karena maksiat yang ia kerjakan”. Orang-orang yang maksiat dijauhkan dari rezeki. Karena, ada ahli maksiat mendapatkan rezeki, yang mungkin bisa jadi banyak, tapi ketahuilah rezeki itu, tidak akan pernah mendatangkan keberkahan dalam hidup si ahli maksiat. Justru rezeki yang didapati itu, semakin membuat si ahli maksiat terperosok ke perbuatan durjana dan kekafiran. Sebaliknya, perbuatan ketakwaan kepada Allah mendatangkan rezeki, dan berapapun rezeki yang didapatkan itu akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang takwa, dan dapat mengantarkan kemuliaan disisi-Nya.
Ketiga, seorang yang melakukan maksiat akan menemukan perasaan terasing, antara si pelaku maksiat dengan Allah Azza Wa Jalla. Tidak mungkin orang-orang yang telah pekat dengan maksiat dapat taat dan tunduk kepada Allah Robbul Alamin. Ia akan menjadi hamba setan, dan ia akan menjadi terasing. Keterasingan itu tidak akan bisa diganti dengan segala bentuk kenikmatan apapun di dunia ini. Semua jenis kelezatan di dunia disatukan, maka tetap tak akan dapat memberi kepuasan dalam dirinya. Ia akan sangat sengsara dalam hidup. Seorang ahli makrifat mengatakan, “Jika kamu menemukan keterasingan dalam dirinya karena perbuatan dosa, maka segeralah tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Tak ada hati merasa tenteram dengan perbuatan dosa.
Keempat, keterasingan bukan hanya antara manusia dengan Allah, tetapi akibat perbuatan dosa dan maksiat itu, yang lebih berat juga akan mengasingkan pelakukanya dengan manusia lainnya terutama mereka yang melakukan kebajikan. Semakin terasa asing perasaan itu, maka semakin jauh hubungan antara mereka. Tidak mungkin orang yang ahli maksiat akan berkkumpul dan berinteraksi dengan orang-orang yang selalu berbuat baik. Seperti minyak dengan air. Orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa mendapatkan kutukan dan hukuman, sementara itu orang-orang yang melakukan perbuatan kebajikan akan selalu mendapatkan berkah dan pahala. Orang-orang ahli maksiat akan masuk ke dalam golongan ‘hizbusyaithon’, sedangkan orang-orang yang selalu ta’at dan beramal sholeh sebagai ‘hizbullah’, yang akan mendapatkan jaminan surga.
Kelima, orang yang suka melakukan maksiat dan dosa, hidupnya akan mengalami jalan buntu pada setiap urusannya. Sebagaimana orang-orang yang bertaqwa akan dimudahkan oleh Allah dalam segala urusannya. Bagaimana akan dapat menemukan pintu—pintu kebaikan, sementara dirinya menutup dengan perbuatan maksiat dan dosa,sehingga semua kemaslahatan menutup pintu terhadap dirinya.
Keenam, perbuatan maksiat dan dosa akan menimbulkan kegelapan hati. Kegelapan itu benar-benar nyata dalam hatinya, seperti melihat dan merasakan gelapnya malam. Hal ini karena sesungguhnya, ketaatan itu cahaya, sedangkan kemasiatan dan dosa itu kegelapan. Semakin banyak maksiat yang dilakukan, maka akan semakin gelap hati orang itu. Akibatnya, orang-orang yang mengerjakan maksiat dan dosa itu, pasti akan jatuh ke dalam kekafiran, karena hatinya sudah terhijab (tertutup) oleh kemaksiaan, dan kebenaran (al-haq) tidak mungkin lagi dapat menyentuh hatinya.
Ketujuh, perbuatan maksiat dan dosa itu, juga akan melemahkan kekuatan hati. Orang yang banyak maksiat akan kehilangan iradah (kehendak) dan azzam (tekad) yang kuat, karena hatinya yang gelap akibat dosa itu, tak mungkin memiliki motivasi yang kuat. Orang yang banyak maksiat berefek kelemahan fisik, karena hatinya yang lemah. Tapi, ada juga orang yang fasik (ahli maksiat), kelihatan fisiknya yang kuat, tetapi hakekatnya sangat lemah. Tidak akan memiliki saja’ah (keberanian), menanggung beban hidup. Seperti sudah dikisahkan dalam perang Salib, bagaimana orang-orang Romawi yang kelihatan pisiknya sangat kuat, tetapi dengan mudah dikalahkan orang-orang mukmin. Kedelapan, orang yang melakukan maksiat itu, pasti akan kehilangan wala’ (loyalitas) dan keta’atan kepada Allah Azza Wa Jalla. Perbuatan dosa dan maksiat itu, membuat mereka tak dapat berhubungan dengan Allah yang Mahasuci, dan menyebabkan terjauhkan dari hubungan dengan Allah Rabbul Alamin. Karena itu, orang-orang yang sudah terbelenggu dengan segala bentuk dosa dan maksiat, hidupnya pastti selalu ingkar kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kesembilan, orang-orang yang hobinya berbuat maksiat, menyebabkan pendek umur.Risiko ini tak dapat lagi dihindari. Orang-orang yang gemar minum, berzina, dan melakukan segala bentuk perbuatan maksiat, akibatnya hanya akan memperpendek umurnya. Kalau diberi umur yang panjang, tetapi hidup akan selalu tidak berkah, dan akan dihadapkan dengan segala bentuk malapetaka, karena semuanya itu dari akibat perbuatan yang menumpuk-numpuk dosa dan maksiat.
Sesungguhnya, rezeki, kematian, kebahagian, kesengsaraan, kesehatan, sakit, kekayaan, dan kefakiran, semua itu sudah menjadi takdir. Tapi Allah menjadikannya sebab kematian yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Jadi takdir itu memang sebuah kemestian, tetapi Allah Rabbul Aziz memberikan hak kepada manusia untuk melakukan ikhtiar. “Berhala-hala itu benda mati, tidak bisa hidup”. (An-Nahl : 21).
Manusia dikatakan hidup, bila hatinya masih hidup. Hati yang penuh dengan dosa dan maksiat akan mati, tidak dapat istijabah (menerima) kebaikan dan petunjuk dari Allah Ta’ala. Umur itu hanya rentang kehidupan manusia, yang bisa panjang dan pendek, semuanya Allah Azza Wa Jalla, yang menentukannya.
Tetapi, betapa celakanya, bila manusia memiliki rentang umur yang panjang, dan umurnya itu hanya digunakan untuk berbuat maksiat dan dosa, dan berpaling dari Allah, maka sesugguhnya manusia telah kehilangan hari-hari dari kehidupannya secara hakiki. “Ia mengatakan, Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) dalam hidupku ini”. (Al-Fajr : 24).
Begitulah nasehat Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya Al-Jawabu Kafi, agar manusia menjauhi dosa dan maksiat, karena perbuatan itu akan mencelakakan manusia di dunia dan akhirat. Wallahu’alam.
source: Era Muslim
Pertama, diharamkan memperoleh ilmu, hal ini seperti diungkapkan Imam Malik, yang pernah terkagum-kagum dengan kecerdasan Imam Syafi’i yang masih muda, memiliki ketajaman otak dan kesempurnaan pemahaman terhadap Islam. Saat itu Imam Malik mengatakan, “Aku melihat Allah telah meletakkan cahaya dalam hatimu, karena itu jangan kamu padamkan dengan kegelapan maksiat”, ungkapnya.
Imam Syafi’i, yang alim dan zuhud dalam hidupnya itu, menguntai bait-bait kata, yang menggambarkan pengalaman pribadinya,
“Saya mengadu kepada guru ‘Waqi’ tentang mutu hafalanku yang buruk, Maka ia mengarahkan agar aku meninggalkan maksiat, Ia berkata, “Ketahuilah, ilmu adalah kemuliaan, dan kemuliaan Allah tidak akan diberikan kepada ahli maksiat”, ucapnya.
Kedua, haramkannya mendapatkan rezeki. Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba diharamkan dari rezeki karena maksiat yang ia kerjakan”. Orang-orang yang maksiat dijauhkan dari rezeki. Karena, ada ahli maksiat mendapatkan rezeki, yang mungkin bisa jadi banyak, tapi ketahuilah rezeki itu, tidak akan pernah mendatangkan keberkahan dalam hidup si ahli maksiat. Justru rezeki yang didapati itu, semakin membuat si ahli maksiat terperosok ke perbuatan durjana dan kekafiran. Sebaliknya, perbuatan ketakwaan kepada Allah mendatangkan rezeki, dan berapapun rezeki yang didapatkan itu akan mendatangkan keberkahan bagi orang yang takwa, dan dapat mengantarkan kemuliaan disisi-Nya.
Ketiga, seorang yang melakukan maksiat akan menemukan perasaan terasing, antara si pelaku maksiat dengan Allah Azza Wa Jalla. Tidak mungkin orang-orang yang telah pekat dengan maksiat dapat taat dan tunduk kepada Allah Robbul Alamin. Ia akan menjadi hamba setan, dan ia akan menjadi terasing. Keterasingan itu tidak akan bisa diganti dengan segala bentuk kenikmatan apapun di dunia ini. Semua jenis kelezatan di dunia disatukan, maka tetap tak akan dapat memberi kepuasan dalam dirinya. Ia akan sangat sengsara dalam hidup. Seorang ahli makrifat mengatakan, “Jika kamu menemukan keterasingan dalam dirinya karena perbuatan dosa, maka segeralah tinggalkan dan jauhi dosa dan maksiat. Tak ada hati merasa tenteram dengan perbuatan dosa.
Keempat, keterasingan bukan hanya antara manusia dengan Allah, tetapi akibat perbuatan dosa dan maksiat itu, yang lebih berat juga akan mengasingkan pelakukanya dengan manusia lainnya terutama mereka yang melakukan kebajikan. Semakin terasa asing perasaan itu, maka semakin jauh hubungan antara mereka. Tidak mungkin orang yang ahli maksiat akan berkkumpul dan berinteraksi dengan orang-orang yang selalu berbuat baik. Seperti minyak dengan air. Orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa mendapatkan kutukan dan hukuman, sementara itu orang-orang yang melakukan perbuatan kebajikan akan selalu mendapatkan berkah dan pahala. Orang-orang ahli maksiat akan masuk ke dalam golongan ‘hizbusyaithon’, sedangkan orang-orang yang selalu ta’at dan beramal sholeh sebagai ‘hizbullah’, yang akan mendapatkan jaminan surga.
Kelima, orang yang suka melakukan maksiat dan dosa, hidupnya akan mengalami jalan buntu pada setiap urusannya. Sebagaimana orang-orang yang bertaqwa akan dimudahkan oleh Allah dalam segala urusannya. Bagaimana akan dapat menemukan pintu—pintu kebaikan, sementara dirinya menutup dengan perbuatan maksiat dan dosa,sehingga semua kemaslahatan menutup pintu terhadap dirinya.
Keenam, perbuatan maksiat dan dosa akan menimbulkan kegelapan hati. Kegelapan itu benar-benar nyata dalam hatinya, seperti melihat dan merasakan gelapnya malam. Hal ini karena sesungguhnya, ketaatan itu cahaya, sedangkan kemasiatan dan dosa itu kegelapan. Semakin banyak maksiat yang dilakukan, maka akan semakin gelap hati orang itu. Akibatnya, orang-orang yang mengerjakan maksiat dan dosa itu, pasti akan jatuh ke dalam kekafiran, karena hatinya sudah terhijab (tertutup) oleh kemaksiaan, dan kebenaran (al-haq) tidak mungkin lagi dapat menyentuh hatinya.
Ketujuh, perbuatan maksiat dan dosa itu, juga akan melemahkan kekuatan hati. Orang yang banyak maksiat akan kehilangan iradah (kehendak) dan azzam (tekad) yang kuat, karena hatinya yang gelap akibat dosa itu, tak mungkin memiliki motivasi yang kuat. Orang yang banyak maksiat berefek kelemahan fisik, karena hatinya yang lemah. Tapi, ada juga orang yang fasik (ahli maksiat), kelihatan fisiknya yang kuat, tetapi hakekatnya sangat lemah. Tidak akan memiliki saja’ah (keberanian), menanggung beban hidup. Seperti sudah dikisahkan dalam perang Salib, bagaimana orang-orang Romawi yang kelihatan pisiknya sangat kuat, tetapi dengan mudah dikalahkan orang-orang mukmin. Kedelapan, orang yang melakukan maksiat itu, pasti akan kehilangan wala’ (loyalitas) dan keta’atan kepada Allah Azza Wa Jalla. Perbuatan dosa dan maksiat itu, membuat mereka tak dapat berhubungan dengan Allah yang Mahasuci, dan menyebabkan terjauhkan dari hubungan dengan Allah Rabbul Alamin. Karena itu, orang-orang yang sudah terbelenggu dengan segala bentuk dosa dan maksiat, hidupnya pastti selalu ingkar kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kesembilan, orang-orang yang hobinya berbuat maksiat, menyebabkan pendek umur.Risiko ini tak dapat lagi dihindari. Orang-orang yang gemar minum, berzina, dan melakukan segala bentuk perbuatan maksiat, akibatnya hanya akan memperpendek umurnya. Kalau diberi umur yang panjang, tetapi hidup akan selalu tidak berkah, dan akan dihadapkan dengan segala bentuk malapetaka, karena semuanya itu dari akibat perbuatan yang menumpuk-numpuk dosa dan maksiat.
Sesungguhnya, rezeki, kematian, kebahagian, kesengsaraan, kesehatan, sakit, kekayaan, dan kefakiran, semua itu sudah menjadi takdir. Tapi Allah menjadikannya sebab kematian yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Jadi takdir itu memang sebuah kemestian, tetapi Allah Rabbul Aziz memberikan hak kepada manusia untuk melakukan ikhtiar. “Berhala-hala itu benda mati, tidak bisa hidup”. (An-Nahl : 21).
Manusia dikatakan hidup, bila hatinya masih hidup. Hati yang penuh dengan dosa dan maksiat akan mati, tidak dapat istijabah (menerima) kebaikan dan petunjuk dari Allah Ta’ala. Umur itu hanya rentang kehidupan manusia, yang bisa panjang dan pendek, semuanya Allah Azza Wa Jalla, yang menentukannya.
Tetapi, betapa celakanya, bila manusia memiliki rentang umur yang panjang, dan umurnya itu hanya digunakan untuk berbuat maksiat dan dosa, dan berpaling dari Allah, maka sesugguhnya manusia telah kehilangan hari-hari dari kehidupannya secara hakiki. “Ia mengatakan, Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) dalam hidupku ini”. (Al-Fajr : 24).
Begitulah nasehat Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya Al-Jawabu Kafi, agar manusia menjauhi dosa dan maksiat, karena perbuatan itu akan mencelakakan manusia di dunia dan akhirat. Wallahu’alam.
source: Era Muslim
Sunday, January 10, 2010
uri chinggu
Genap 6 bulan, message yang terakhir aku hantar padanya. Terasa perit. Hanya aku dan Allah swt yang mengetahui betapa pedihnya hati ini, seperti jutaan pisau menusuk, menembusi dada. seperti adanya sepasang tangan yang memeras kuat hati ini. Terlalu sakit untuk diungkaikan. Seiring dengannya, air mataku tidak dapat ku tahan lagi. Terlalu banyak takungannya yang mampu sepasang mata ini hadapi. Aku kalah. Walau pun bersama yang lain, perasaannya, masih lagi berbeda. Sakit. Dikala aku berfikir, aku kan terfikirkannya. Dikala aku tertawa, fikiranku mengingatkan akannya, maka hilanglah tawaku.
Terasa diri ini tidak berguna kerana tidak berupaya untuk melakukan apa-apa untuk menyelamatkan dia. Letih. Terlalu letih untukku kerana sering teringatkan dia.
Tetapi aku degil. Aku tidak meminta maaf darinya. Aku tidak merayu kemaafannya. Aku tidak berhadapan dengannya, sebaliknya aku mengelakkan diri daripadanya. Dia dihadapanku, tetapi mataku menggaburkan kehadirannya.
Namun, tidak pernah sekalipun aku melupakan dia. Allah swt telah mengatur perjumpaan kami, Allah swt telah mengatur persahabatan kami, Allah swt telah mengatur pergaduhan dan perselisihan faham antara kami, dan Allah swt juga telah mengatur pertemuan kami kembali.
Alhamdulillah. Namamu sering ku sebut di dalam doaku. Wajahmu sering ku lihat di kala tidurku. Dan tangisanmu masih lagi terngiang-ngiang di telingaku. wahai sahabatku, aku berdoa supaya dikau mengerti akan pilihan yang daku ambil keatasmu. Aku berdoa supaya dikau juga melihat apa yang aku lihat.
Aku berdoa dan terus berdoa kerana Allah swt yang berhak ke atas semua urusan hamba-hambaNya. Pasti ada hikmah yang tersirat disebalik peristiwa ini. Ia mengajarku seribu satu pengajaran kepadaku. Semoga ia menjadi pedoman kepadaku. Supaya dikala peristiwa yang sama berlaku pada sahabatku yang lain, aku akan berusaha untuk menghadapinya dengan penuh hikmah dan kelembutan. InsyAllah...
Tika berbual bersama kedua ibu bapaku yang tersayang selepas Allah swt dan RasulNya, datang adikku berlari dari tingkat 2.
"Nah...nah...jawab ni. Cepat! kawan kamu"
"Assalamualikum..."
Seluruh rohku seperti terpisah dari jasadnya. Jantungku berhenti berdegup mendengar suara itu. Suara yang sudah lama tidak ditujukan kepadaku. Suara yang pernah datang kepadaku dengan teresak-esak. Suara yang pernah bertutur bahasa asing itu. Suara yang pernah mengukir senyuman dihatiku. Dan suara yang pernah mengatakan kata-kata itu...
Kali ini, dia kembali. dia mengatakannya.
sekelilingku seperti tidak memberi makna kepadaku. Segala-galanya berputar. Buat jutaan kalinya, air mata ini kembali mengalir keranamu....namun, kali ini bukan kerana sedih, tetapi terlalu gembira dan bahagia mendengar suara itu.
uri, chinggu ya...sarang ham ni da :)
kini, aku mengerti erti ayat ini:
· “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat nikmat.”
· “Hai orang-orang yang beriman,janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
· “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
· “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujuraat: 10-13)
credit to: uri ommunim
Terasa diri ini tidak berguna kerana tidak berupaya untuk melakukan apa-apa untuk menyelamatkan dia. Letih. Terlalu letih untukku kerana sering teringatkan dia.
Tetapi aku degil. Aku tidak meminta maaf darinya. Aku tidak merayu kemaafannya. Aku tidak berhadapan dengannya, sebaliknya aku mengelakkan diri daripadanya. Dia dihadapanku, tetapi mataku menggaburkan kehadirannya.
Namun, tidak pernah sekalipun aku melupakan dia. Allah swt telah mengatur perjumpaan kami, Allah swt telah mengatur persahabatan kami, Allah swt telah mengatur pergaduhan dan perselisihan faham antara kami, dan Allah swt juga telah mengatur pertemuan kami kembali.
Alhamdulillah. Namamu sering ku sebut di dalam doaku. Wajahmu sering ku lihat di kala tidurku. Dan tangisanmu masih lagi terngiang-ngiang di telingaku. wahai sahabatku, aku berdoa supaya dikau mengerti akan pilihan yang daku ambil keatasmu. Aku berdoa supaya dikau juga melihat apa yang aku lihat.
Aku berdoa dan terus berdoa kerana Allah swt yang berhak ke atas semua urusan hamba-hambaNya. Pasti ada hikmah yang tersirat disebalik peristiwa ini. Ia mengajarku seribu satu pengajaran kepadaku. Semoga ia menjadi pedoman kepadaku. Supaya dikala peristiwa yang sama berlaku pada sahabatku yang lain, aku akan berusaha untuk menghadapinya dengan penuh hikmah dan kelembutan. InsyAllah...
Tika berbual bersama kedua ibu bapaku yang tersayang selepas Allah swt dan RasulNya, datang adikku berlari dari tingkat 2.
"Nah...nah...jawab ni. Cepat! kawan kamu"
"Assalamualikum..."
Seluruh rohku seperti terpisah dari jasadnya. Jantungku berhenti berdegup mendengar suara itu. Suara yang sudah lama tidak ditujukan kepadaku. Suara yang pernah datang kepadaku dengan teresak-esak. Suara yang pernah bertutur bahasa asing itu. Suara yang pernah mengukir senyuman dihatiku. Dan suara yang pernah mengatakan kata-kata itu...
Kali ini, dia kembali. dia mengatakannya.
sekelilingku seperti tidak memberi makna kepadaku. Segala-galanya berputar. Buat jutaan kalinya, air mata ini kembali mengalir keranamu....namun, kali ini bukan kerana sedih, tetapi terlalu gembira dan bahagia mendengar suara itu.
uri, chinggu ya...sarang ham ni da :)
kini, aku mengerti erti ayat ini:
· “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat nikmat.”
· “Hai orang-orang yang beriman,janganlah suatu kaum mengolok-olok suatu kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
· “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
· “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.Al-Hujuraat: 10-13)
credit to: uri ommunim
Subscribe to:
Posts (Atom)