Sungguh berbeza sekali rasanya apabila menjenguk kembali ke sini. Sepertinya tempat ini juga sudah melewati kemarau yang berpanjangan. Tiada beza dengan keadaan diri sendiri, gersang. Mencari-cari tempat berteduh, untuk bersandar sebentar melepaskan lelah.
Berat ya menjadi manusia di saat ini?
Benar, sememangnya arah musim yang kita lewati tidak sama. Di saat ini, mengungkapkan sabar, sememangnya mudah, namun, terasa terlalu berat dan menyesakkan. Hati seperti meronta-ronta untuk mencari kesalahan dan keburukan. Lebih banyak sebab untuk menyatakan "Aku mahu berhenti! Aku tidak mampu lagi".
Tidak mudah untuk sabar rupanya. It feels unfair when you have the job of 2 people, accountable for both, and yet another person who supposed to do the job is taking things for granted.
Namun, dalam kegelisahan ini, Allah ingatkan dengan ayat:
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhan-nya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(yaitu) surga ʻAdn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan), "Salāmun ʻalaikum bimā ṣabartum . Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu
Ar Ra'd: 22-24
Sia-sialah penat lelah ini, andainya tiada Allah di penghujungnya. Sia-sialah usaha yang diberikan, andainya bukan redha Allah dan syurgaNya menjadi titik permulaan dan terakhir di dalam amal. Kuncinya adalah pada sabar. Sabar yang menjadi saksi di akhirat kelak atas kelayakan diri ini masuk ke syurga, bertemu dengan Sang Pencipta.
Hang in there!
No comments:
Post a Comment